Kriminalitas Anak-Anak Inggris - London Masalah kriminalitas di kalangan anak-anak di Inggris kini menjadi perhatian serius pemerintah. Pasalnya, tren tindak kriminal di negara itu selalu meningkat. Bahkan, banyak penjara di sana yang dipenuhi anak-anak di bawah umur setiap tahunnya. Ada apa sebenarnya?
Catherine Emery, 14, kini mendapat status ASBO (Anti-Social Behaviour Order) dari pengadilan Leeds, Inggris. Status ini melekat karena kebiasaannya meminum alkohol di depan umum yang kerap mendorongnya berlaku brutal. Kebiasaan remaja di bawah umur yang menjadi pimpinan sebuah geng ini bahkan sudah di luar kendali.
Setiap malam, seperti dilansir Dailymail, dia berkumpul dengan teman-temannya di sebuah lahan parkir pasar swalayan untuk minum bir. Gilanya, dalam sepekan, dia bisa menghabiskan 143 kaleng bir. Padahal, batas maksimal yang dibolehkan bagi seorang perempuan dewasa untuk minum bir adalah 10 kali.
Akibat kebiasaan buruk ini, Catherine kerap membuat onar. Bahkan, berdasarkan catatan kepolisian sejak Desember 2008 hingga April 2009, dia telah ditangkap 20 kali atas sejumlah tuduhan. Di antaranya, menendang seorang polisi yang mencoba memindahkannya dari sebuah toilet umum akibat keluhan warga.
Dia juga pernah menyerang seorang gadis berusia 15 tahun dengan cara menjambak rambut dan meninju wajahnya tanpa alasan. Bahkan, dia menabrak anggota polisi hingga terluka setelah dia mengendarai sebuah mobil polisi tanpa izin. Hal yang juga kerap dilakukannya adalah memaki dan berkata kotor di muka umum. Sehingga, saat seorang pria menegur, dia justru meninju wajahnya.
Gadis remaja bertubuh subur itu selama ini kerap menghabiskan 5 (setara dengan Rp 80 ribu) per hari untuk membeli bir. "Saya akan berpegang pada ASBO, karena saya tidak ingin dipenjara. Mungkin dalam sehari saya hanya minum dua kaleng dari kebiasaan 12 kaleng bir per hari," paparnya.
Catherine hanya satu di antara ribuan anak Inggris lainnya yang kini hidup dalam lingkungan yang mendorongnya berbuat tindak kriminal. Lebih dari 20% anak-anak Inggris kini meringkuk di balik jeruji besi dengan cap ASBO.
"Penemuan ini merupakan tragedi bagi anak-anak. Mereka benar-benar menghabiskan banyak biaya dalam upaya mengurangi pelanggaran dan melakukan berbagai cara untuk melindungi para korban. Tindakan pengurungan tersebut tidak akan efektif," kata kepala eksekutif lembaga kemanusiaan Bernados, Martin Narey.
Sebuah studi yang dilakukan Bernados menunjukkan terdapat 170 anak di Inggris dan Wales yang tidak selayaknya dipenjara pada 2008. Laporan tersebut, jelas Narey, bersifat realistis mengenai kebenaran bahwa beberapa anak, bahkan yang masih berusia 12 tahun, dihukum penjara.
Namun, kata dia jelas pemerintah dan anggota parlemen hanya mengetahui bahwa tahanan khusus bagi anak-anak remaja hanya digunakan sebagai jalan terakhir. Bahkan, hingga 1998, anak-anak di bawah usia 14 tahun hanya boleh dijebloskan ke lapas, apabila mereka melakukan kesalahan yang sangat berat.
"Kini pelaku kejahatan serius juga bisa dikurung penjara. Setiap tahun lebih dari 400 anak yang berusia 12-14 tahun dipenjarakan," kata laporan tersebut.
Inggris kini tengah mengevaluasi sistem di lembaga hukum negara itu. Pasalnya, usia bertanggung jawab anak sebagai pelaku tindak pidana di negara itu tampaknya terlalu muda, yakni 10 tahun.
Mengapa anak-anak di Inggris banyak terlibat kriminalitas? Pertanyaan ini mengusik pemerintah dan pemerhati sosial di negara monarki itu. Salah satu tanggapan pemerintah Inggris adalah meminta sebuah badan independen untuk membuat rekomendasi kepada pemerintah mengenai cara-cara untuk mengatasi masalah ini.
Badan-badan ini diisi oleh orang dari bermacam etnis sesuai dengan kriminalitas yang dilakukan suatu etnis. Contohnya, dari masyarakat kulit hitam merekomendasikan agar pemerintah menjadikan orang-orang kulit hitam yang sukses sebagai teladan resmi bagi anak-anak muda.
Rekomendasi badan ini adalah agar ada role model (teladan) orang-orang kulit hitam yang sukses, misalnya dokter, ilmuwan, pengusaha, dan sebagainya. Yang menarik, anak-anak kulit hitam juga didorong untuk tidak mengidolakan para penyanyi rap, seperti 50 Cent. Sebab, lagu-lagunya dianggap mengagungkan kekerasan, agresivitas, dan melecehkan perempuan.
Pemerintah belum memberi tanggapan resmi atas laporan ini. Namun, Menteri Sosial Inggris Hazel Blears menyambut positif rekomendasi agar anak-anak memiliki teladan yang lebih baik.
Persoalannya kini, apakah mengadopsi role model yang lebih positif mampu menyentuh pokok persoalan? Pasalnya, role model adalah orang-orang jauh dari pengalaman hidup sehari-hari bagi anak-anak ini.
Psikolog Tony Charlton menilai yang lebih penting adalah unit keluarga yang stabil. "Tak ada yang lebih baik daripada keluarga yang hangat, sekolah yang bermutu, dan masyarakat yang peduli," paparnya.
Sumber: Inilah.com
0 komentar:
Posting Komentar