Jumat, 18 Mei 2012

Jenazah Mantan Menteri Ditemukan di Sungai

Jenazah Mantan Menteri Ditemukan di Sungai - Berita kriminal di luar negeri kembali terjadi, tak tanggung tanggung hal ini terjadi pada mantan menteri. Mayat mantan Menteri Perminyakan Libya Shukri Ghanem, yang membelot dari rezim Moammar Khadafy, ditemukan Minggu (29/2/2012) di Sungai Danube. Demikian dikatakan polisi Austria dalam sebuah pernyataan.

"Tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan di tubuhnya," kata juru bicara kepolisian Roman Hahslinger, Minggu, seraya menambahkan, "mungkin ia merasa tidak sehat sehingga tercebur ke dalam air."

Otopsi akan dilakukan untuk menetapkan penyebab kematian mantan menteri itu. Sebelumnya, kantor berita APA melaporkan, Ghanem ditemukan tewas di apartemennya dan diduga menderita serangan jantung.
Kantor berita itu merujuk pada informasi yang dikatakan ahli Islam Amer al-Bayati yang memperoleh keterangan itu dari keluarga Ghanem. "Jenazah Ghanem mungkin dimakamkan di Libya," kata APA mengutip Bayati.

Jenazah Mantan Menteri Ditemukan di Sungai


Ghanem (69) menjadi menteri perminyakan pada periode 2006-2011. Dia kemudian melarikan diri ke Wina setelah menyatakan membelot dari pemerintahan Khadafy. Dewan Transisi Nasional (NTC) memelopori pemberontakan untuk menggulingkan pemerintahan Khadafy tahun lalu. Selama konflik, dewan itu mengatur permasalahan kawasan timur Libya yang dikuasai pemberontak serta melobi keras untuk pengakuan diplomatik dan perolehan dana untuk mempertahankan perjuangan berbulan-bulan dengan tujuan mendongkel kekuasaan Khadafy.

Negara-negara besar yang dipelopori AS, Perancis, dan Inggris membantu mengucilkan Khadafy serta memutuskan pendanaan dan pemasokan senjata bagi pemerintahnya sambil mendukung dewan pemberontak dengan tawaran-tawaran bantuan. Libya era Khadafy digempur pasukan internasional sesuai dengan mandat PBB yang disahkan pada 17 Maret 2011.

Sebanyak 21 kapal NATO berpatroli aktif di Laut Tengah sebagai bagian dari penegakan embargo senjata terhadap Libya pada saat itu. Aliansi 28 negara itu sejak 31 Maret 2011 juga memimpin serangan-serangan udara terhadap pasukan darat rezim Khadafy. Resolusi 1973 Dewan Keamanan PBB disahkan ketika kekerasan dikabarkan terus berlangsung di Libya dengan laporan-laporan mengenai serangan udara oleh pasukan Khadafy, yang membuat marah Barat.

Khadafy (68), pemimpin terlama di dunia Arab yang telah berkuasa selama empat dasawarsa dan bersikeras akan tetap berkuasa meski ditentang banyak pihak, diumumkan tewas oleh kelompok pemberontak NTC pada Kamis (20/10/2011). Keresahan internasional meningkat berkaitan dengan kondisi tidak jelas seputar kematian Khadafy yang tampaknya dieksekusi setelah kota asalnya, Sirte, dikuasai pasukan NTC pada 20 Oktober. Sejumlah pihak, termasuk Ketua Komisi HAM PBB Navi Pillay, menyerukan penyelidikan untuk mengetahui kebenaran seputar kematian orang kuat Libya itu.

Sumber: internasional.kompas.com

0 komentar:

Posting Komentar

 
Info Wanita | Lirik Lagu Indonesia